Senin, 13 April 2020

Menemukan Teks Eksplanasi dalam Fenomena Sosial Budaya

Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu. Salah satu fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah fenomena sosial dan budaya. Fenomena sosial budaya adalah fenomena yang nampak sebagai gejala-gejala kemasyarakatan dan kultural. Fenomena sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Misalnya contoh feomena sosial yang dapat kita temui adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang banyak terjadi di sekitar kita.

Untuk dapat mengamati fenomena-fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat lakukanlah pengamatan atau observasi tentang fenomena alam, sosial, bahasa, dan budaya. Fenomena-fenomena tersebut merupakan tema yang berbeda. Setelah melakukan kegiatan observasi jelaskanlah hasil observasi tersebut dalam bentuk teks eksplanasi. Dengan demikian, terdapat empat teks eksplanasi yang dihasilkan yaitu teks eksplanasi dengan tema fenomena sosial, budaya, alam, dan bahasa. Jangan lupa bahwa hal yang dijelaskan tersebut tergolong ke dalam klasifikasi tertentu. Pastikan bahwa teks eksplanasi yang dibuat juga memiliki struktur teks pernyataan umum^urutan sebab akibat. Setelah teks eksplanasi disusun lakukan evaluasi dengan cara memperbaiki teks tersebut agar menjadi teks ideal. Berikut ini beberapa contoh teks eksplanasi.

Teks Eksplanasi Fenomena Sosial
Fenomena Mudik
No.Struktur TeksKalimat
1.Pernyataan UmumMudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik merupakan fenomena sosial yang rutin setiap tahun terjadi. Mudik difahami sebagai liburan massal warga kota-kota besar di daerah asal mereka (desa atau kota-kota yang lebih kecil). Kegiatan ini biasanya di lakukan menjelang hari raya Idul Fitri, natal dan tahun baru. Jumlah warga kota yang mudik setiap tahun diperkirakan berkisar sekitar sepuluh hingga enam puluh persen. 
2.Urutan sebab-akibat 1Fenomena mudik muncul dan menjadi trend menarik sejak kota-kota di Indonesia berkembang pesat sebagai imbas integrasi pada sistem ekonomi kapitalis di awal tahun 1970-an. Dinamika sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan di kota-kota besar menjadi energi pertambahan penduduk, terutama yang berasal dari migrasi. Warga kota yang banyak diantaranya para pendatang melakukan aktivitas mudik pada kesempatan-kesempatan tertentu, yaitu pada hari libur kerja yang panjang dan bermakna kultural (lebaran, natal, dan tahun baru).
3.Urutan sebab-akibat 2Setelah masyarakat Indonesia lebih dari tiga dasawarsa berkiprah dalam dunia ekonomi berorientasi pasar, motif mudik telah bergeser ke arah yang lebih rasional. Warga kota-kota besar mudik pada umumnya karena alasan praktis sebagai berikut: 1) rekreasi keluarga dalam suasana kekeluargaan; 2) pertemuan keluarga luas yang praktis, efisien, dan pada saat yang tepat secara sosio-kultural. Bahkan, untuk beberapa kasus, mudik dapat bertalian dengan lobi sosial dan ekonomi dalam kerangka penguatan dan perluasan modal sosial. Warga yang tidak mudik mulai mendapat ruang toleransi sosial. Mereka difahami dalam penjelasan rasional seperti sibuk dengan pekerjaan, masalah transportasi, keamanan rumah, dan sebagainya.
4.Urutan sebab-akibat 3Fenomena mudik yang terjadi kini secara sistemik mempunyai sisi untung dan rugi. Keuntungan pertama adalah ia merupakan moda alternatif pemerataan sosial-ekonomi yang secara formal, melalui peran negara dan swasta dirasakan banyak kekurangannya. Orang mudik biasanya membawa cukup uang yang dibelanjakan dan didistribusikan dikalangan keluarga dekat di daerah asal. Sehingga, aktivitas ini mampu menyumbang pada bertambahnya jumlah perputaran uang di daerah
5.Urutan sebab-akibat 4Keuntungan kedua bertalian dengan reproduksi ekonomi warga kota besar. Mudik juga dapat dilihat sebagai bagian dari proses untuk memulihkan energi produktif. Keuntungan lain diantaranya adalah modal sosial (jaringan ekonomi diantara anggota keluarga luas dan kenalan) dapat terpupuk yang kemudian diharapkan dapat menopang produktivitas ketika kembali lagi ke kota.

Teks Eksplanasi Fenomena Bahasa
Dialek Banyumasan Semakin Menghilang
No.Struktur TeksKalimat
1.Pernyataan UmumBahasa Banyumasan yang sering disebut dengan istilah ”ngapak-ngapak” adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah. Namun, fenomena yang kita lihat pada era kini adalah menurunnya minat masyarakat dalam penggunaan bahasa Banyumasan. Dialek Banyumasan dianggap sebagai bahasa kuno yang tidak populer.
2.Urutan sebab-akibat 1Bahasa Banyumasan memiliki ciri-ciri khusus yang dapat dibedakan dengan bahasa Jawa baru (standar). Beberapa ciri khusus tersebut antara lain: (1). berkembang secara lokal hanya di wilayah sebaran kebudayaan Banyumas (2). memiliki karakter lugu dan terbuka (3). tidak terdapat banyak gradasi unggah-ungguh (4). digunakan sebagai bahasa ibu oleh sebagian besar masyarakat Banyumas (5). mendapat pengaruh bahasa Jawa kuno, Jawa tengahan, dan bahasa Sunda (6).pengucapan konsonan di akhir kata dibaca dengan jelas (selanjutnya sering disebut ngapak-ngapak) (7).pengucapan vokal a, i, u, e, o dibaca dengan jelas.
3.Urutan sebab-akibat 2Bahasa Jawa dialek Banyumas terbagi setidaknya menjadi sub dialek, yaitu sub dialek wetan kali (sisi timur sungai) dan sub dialek kulon kali (sisi barat sungai). Sungaiyang dimaksud disini adalah sungai Serayu. Sub dialek wetan kali merupakan dialek Banyumasan yang cenderung dekat dengan bahasa Jawa standar yang dikembangkandi wilayah Negarigung. Sedangkan dialek kulon kali cenderung dekat dengan bahasaSunda.
4.Urutan sebab-akibat 3Fakta yang paling mudah ditemukan adalah nama-nama desa. Di sisi barat sungai Serayu terdapat begitu banyak desa atau tempat-tempat yang didahului kata“ci” yang dalam bahasa Sunda berarti sungai, seperti Cilongok, Cingebul, Cilacap,Cionje dan lain-lain. Ini berbeda dengan desa-desa atau tempat-tempat di sebelah timur sungai Serayu yang lebih njawani, seperti Karangsalam, Karangrau, Purwareja,Wirasaba, Somagede dan lain-lain.
5.Urutan sebab-akibat 4Menurunnya pelestarian dialek banyumasan terjadi karena adanya degradasi perasaan kebersamaan yang telah menjadi sebuah tali pengikat. Ada berbagai sebab atau alasan mengapa suatu bahasa punah atau tidak digunakan lagi oleh penutur-penuturnya. Satu diantaranya adalah adanya dominasi bahasa atau dialek yang lebih besar baik secara demografis, ekonomis, sosial, atau politis. Dalam konteks kasus bahasa banyumasan, selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,tekanan dari bahasa Jawa juga merupakan salah satu faktornya.

Teks Eksplanasi Fenomena Alam
Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung
No.Struktur TeksKalimat
1.Pernyataan UmumAngin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus. Angin ini sering disebut dengan nama angin Leysus, di daerah Sumatera disebut Angin Bohorok dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu Tornado. Kekuatan angin puting beliung dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.
2.Urutan sebab-akibat 1Tanda-tanda datangya angin puting beliung adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih menjulang tinggi seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang disertai hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk seperti kerucut turun menuju tanah (bumi).
3.Urutan sebab-akibat 2Angin puting beliung biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
4.Urutan sebab-akibat 3Proses terjadinya angin puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus (Cb). Pada fase tumbuh dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. Pada fase masak, titik-titik air tidak tertahan lagi oleh udara naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan gaya gesek antara arus udara naik dan turun. Temperatur massa udara yang turun ini lebih dingin dari udara sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan turun dapat timbul arus geser memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini berputar semakin cepat, mirip sebuah siklon yag “menjilat” bumi sebagai angin puting beliung. Terkadang disertai hujan deras yang membentuk pancaran air (water spout).
5.Urutan sebab-akibat 4Angin puting beliung mengakibatkan rusaknya rumah dan infrastuktur daerah, menimbulkan korban jiwa, rusaknya kebun-kebun warga, kerugian material, banyak puing-puing dan sampah yang terbawa Puting beliung seringkali terjadi semasa hujan deras diserta petir angin kuat dan mendatangkan banyak kerusakan kepada apasaja yang disentuhnya. Satu tahun, banyak nyawa yang menjadi korban akibat puting beliung.

Teks Eksplanasi Fenomena Budaya
Kesenian Kuda Lumping
No.Struktur TeksKalimat
1.Pernyataan UmumEbeg Merupakan salah satu bentuk tarian rakyat yang berkembang di daerah Banyumas. Jenis tarian ebeg terdapat juga di luar daerah Banyumas khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan nama yang berbeda yaitu ada yang menyebut Jarang Kepang, Kuda Lumping, dan Jathilan.
2.Urutan sebab-akibat 1Ebeg dahulunya merupakan tarian sakral yang biasa diikutsertakan dalam upacara keagamaan. Setiap regu Ebeg terdiri dari dua kelompok dengan 2duaorang pemimpin. Ada dua warna kuda yang digunakan sebagai properti tari yaitu kuda putih dan kuda hitam. Kuda yang berwarna putih menggambarkan pemimpin yang menuju kebenaran sejati, sedangkan kuda berwarna hitam menggambarkan pemimpin yang menuju kejahatan. Pada trik-trik tertentu dalam permainan kedua pemimpin itu bertemu dan saling menggelengkan kepala. Hal ini menunjukan bahwa antara kebenaran dan kejahatan tak dapat bertemu. Kemudian mundur beberapa langkah, maju lagi sesaat ketemu menggelengkan kepala begitulah seterusnya dengan gerak-gerak lain.
3.Urutan sebab-akibat 2Ciri-ciri khas ebeg banyumas antara lain; memakai makutha (mahkota), pakainnya lebih tertutup dan diiringi lagu-lagu banyumasan, seperti Ricik-ricik, Lung Gadung, Blendhong, Gudril, Eling-eling yang menjadi andalan dalam setiap pentas ebeg banyumasan dan lagu lainnya. 
4.Urutan sebab-akibat 3Di dalam suatu pertunjukkan Ebeg biasanya menampilkan satu adegan yang unik pada bagian tengah pertunjukan. Atraksi tersebut sebagaimana dikenal dalam bahasa Banyumasan dengan istilah mendhem (in trance). Pemain akan kesurupan dan mulai melakukan atraksi-atraksi unik. Bentuk atraksi tersebut seperti halnya: makan Beling atau pecahan kaca, makan dedaunan yang belum matang, makan daging ayam yang masih hidup, berlagak seperti monyet, ular, dan lain-lain.
5.Urutan sebab-akibat 4Akibat perkembangan budaya, Ebeg yang pada awalnya merupakan sarana ritual telah bergeser menjadi sekedar seni pertunjukan saja. Sebagai sebuah seni pertunjukan kesenian Ebeg mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia seni hiburan. Perubahan pada Ebeg dapat dilihat dalam bentuk iringan, gerak tari, kostum ataupun propertinya banyak dilakukan oleh para seniman Banyumas.