Minggu, 12 April 2020

Perjuangan Mempertahankan NKRI

Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menakdirkan kita sebagai Warga Negara Indonesia. Indonesia juga mempunyai sejarah yang membanggakan, kemerdekaan yang kita raih bukanlah hadiah dari bangsa lain. Kita menjadi bangsa yang memerdekan dirinya sendiri. Indonesia memproklamirkan dirinya sebagai sebuah negara merdeka. Itu semua menjadi keunggulan bangsa Indonesia. Komitmen terhadap keutuhan nasional diwujudkan melalui perjuangan mempertahankan kemerdekaan melawan penjajahan, perjuangan melawan pemberontakan, serta perjuangan untuk mengatasi berbagai ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan berdiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka perjuangan kemerdekaan belumlah berakhir. Keinginan bangsa Indonesia untuk membangun sendiri negara yang merdeka dan berdaulat mendapat tantangan besar dari pemerintah Belanda. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan melewati beberapa episode penting yang mengkombinasikan antara perjuangan fisik dan diplomasi atau perundingan-perundingan selama kurun waktu 1945-1949.

No.Peristiwa PerjuanganUraian Singkat Perjuangan
1.Pertempuran Surabaya Tanggal 10 November 1945Pertempuran di Surabaya diawali kedatangan brigade 29 dari divisi India ke 23 di bawah pinpinan Brigadir Mallaby pada tanggal 25 oktober 1945. Kedatangan sekutu ini menimbulkan masalah dengan pemuda Surabaya. Untuk menyelesaikan insiden tersebut diadakan perundingan, Namun pada saat perundingan terjadi insiden Jembatan Merah Brigadir Mallaby tewas.

Tanggal 9 November 1945 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum untuk menyerahkan senjata kepada Sekutu, namun tidak dihiraukan. Akibatnya pecahlah perang di Surabaya pada tanggal 10 november 1945. Di bawah komando Sungkono, dan Bung Tomo Pemuda Surabaya agar pantang menyerah melawan penjajah, Pertempuran ini merupakan pertempuran yang paling dahsyat yang menelan korban 15.000 orang, peristiwa 10 November ini di peringati sebagai Hari Pahlawan oleh seluruh bangsa Indonesia.
2.Perlawanan terhadap Agresi Militer BelandaUntuk menguasai seluruh wilayah Indonesia Belanda melancarkan agresi milier sebanyak dua kali. Agresi Militer I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947, dengan menguasai daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur . Indonesia mengadukan Agresi Militer ini ke masyarakat Internasional, dan akhirnya atas tekanan resolusi PBB akhirnya tercapai gencatan senjata.

Agresi militer II dilakukan kembali pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Setelah Yogyakarta dikuasai Belanda perlawanan bangsa Indonesia merubah strategi dengan cara perang gerilya. 
3.Perang GerilyaPerlawanan bangsa Indonesia dilakukan dengan perang gerilya, yaitu perang dengan berpindah-pindah tempat Salah satu perang gerilya dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Salah satu hasil perang gerilya adalah serangan umum tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman. Serangan ini memberi dampak bagi dunia internasional tentang keberadaan NKRI.

Perjuangan Mempertahankan NKRI Melalui Jalur Diplomasi
Perjuangan melalui jalur diplomasi ini dilakukan melalui berbagai perundingan terutama dengan Belanda. Tujuannya satu supaya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang
merdeka dan mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lainnya yang sudah terlebih dahulu merdeka. Berikut ini beberapa perundingan yang dilakukan oleh Indonesia dengan Belanda pada masa revolusi kemerdekaan.
No.Peristiwa PerjuanganUraian Singkat Perjuangan
1.Perjanjian LinggarjatiPerundingan Linggarjati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat pada Tanggal 10-15 November 1946. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah kedua negara pada 25 Maret 1947.

Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J. van Mook,dan Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini. Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:
  1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
  2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
  3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
  4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
2.Perjanjian RenvillePerjanjian Renville diambil dari nama sebutan kapal perang milik Amerika Serikat yang dipakai sebagai tempat perundingan antara pemerintah Indonesia dengan pihak Belanda, dan KTN (Amerika Serikat, Belgia dan Australia) sebagai perantaranya. Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia diketuai oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan pihak Belanda menempatkan seorang Indonesia yang bernama Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai ketua delegasinya. Isi Perjanjian Renville itu adalah sebagai berikut.
  1. Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
  2. Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesiaa Belanda.
  3. Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
  4. Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
  5. Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum untuk membentuk Konstituante RIS.
  6. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke daerah Republik Indonesia.
Perjanjian Renville berhasil ditandatangani oleh kedua belah pihak tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian Renville ini menyebabkan kedudukan Republik Indonesia semakin tersudut dan daerahnya semakin sempit.
3.Perundingan Roem RoyenPada tanggal April 4 April 1949 dilaksanakan perundingan di Jakarta di bawah pimpinan Merle Cochran, anggota komisi dari Amerika serikat. Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem, Belanda diwakili oleh Dr. J.H. van Royen. Pada tanggal 7 Mei 1949 berhasil dicapai persetujuan antara pihak Belanda dengan pihak Indonesia.

Pernyataan pemerintah Republik Indonesia dibacakan oleh Ketua Delegasi Indonesia Mr. Mohammad Roem yang berisi antara lain sebagai berikut.
  1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya.
  2. Kedua belah pihak bekerja sama dalam hai mengembalikan perdamaian dan menjaga keamanan serta ketertiban.
  3. Belanda turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang bertujuan mempercepat penyerahan kedaulatan lengkap dan tidak bersyarat kepada negara Republik Indonesia Serikat.

Pernyataan Delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. J.H. van Royen, yang berisi antara lain sebagai berikut.
  1. Pemerintah Belanda menyetujui bahwa pemerintah Republik Indonesia harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta.
  2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik Indonesia dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.
  3. Pemerintah Belanda menyetujui bahwa Republik Indo-nesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
  4. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.
Setelah tercapainya perundingan Roem Royen, pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta.
4.Konferensi Meja BundarKonferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag pada 23 Agustus sampai 2 November 1949, berhasil mengakhiri konfrontasi Indonesia-Belanda. Hasil konferensi paling utama adalah ”pengakuan dan penyerahan” kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia.

Di samping itu, terdapat empat hal penting lainnya yang menjadi isi kesepakatan dalam KMB, yaitu:
  1. Pertama, pembentukan Uni Belanda-Republik Indonesia Serikat yang dipimpin oleh Ratu Belanda secara simbolis; 
  2. Kedua, Soekarno dan Moh. Hatta akan menjabat sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia Serikat untuk periode 1949-1950, dengan Moh. Hatta merangkap sebagai perdana menteri;
  3. Ketiga, Irian Barat masih dikuasasi Belanda dan tidak dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat sampai dilakukan perundingan lebih lanjut; 
  4. Keempat, Pemerintah Indonesia harus menanggung hutang negeri Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar gulden.

Jenderal Sudirman
Bangsa Indonesia memiliki sosok pahlawan yang gagah berani dengan semangat gerilya walaupun dalam keadaan sakit parah melawan penjajah beliau juga taat beragama, sosok itu tidak lain adalah Panglima Besar Jenderal Soedirman.

Soedirman dilahirkan tanggal 24 Januari 1916 di desa Bodaskarangjati, kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Di sekolah, Soedirman termasuk murid yang cerdas dan rajin mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Soedirman aktif diorganisasi kepanduan (pramuka) Hizbul Wathan (HW) yang di asuh oleh Muhammadiyah, mulai dari kegiatan kepemimpinan Soedirman mulai kelihatan. beliau ternyata sorang pandu disiplin, militan, dan bertanggung jawab. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi.

Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. beliau berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan. Ketika pendudukan Jepang, beliau masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk.

Akhirnya beliau terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). beliau merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. beliau tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
 Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menakdirkan kita sebagai War Perjuangan Mempertahankan NKRI
Jenderal Soedirman, merupakan pahlawan dan tokoh yang berperan penting dalam mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Dalam diri beliau, terdapat nilai-nilai yang dapat dijadikan suri tauladan, terutama dalam hal nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. 

Beliau selalu tempil sebagai figur yang memiliki kesadaran terhadap petingnya arti kebersamaan dalam suaru perjuangan. Dari hal tersebut dapat disebutkan bahwa salah satu ketauladanan yang dapat diambil dari jenderal Soedirman ialah kebersamaan yang merupakan nilai penting baik dalam suatu perjuangan dan juga kehidupan sehari – hari. 

Ketauladanan lainnya yang dapat diambil dari Jenderal Soedirman ialah beliau adalah pendidik dan guru bagi masyarakat yang selalu mampu melakukan pengamatan secara cermat dan tepat terhadap perkembangan sitausi politik yang silih berganti, selain itu ada beberapa keteladanan Soedirman yang harus remaja menjadikan contoh, Soedirman mendapatkan nilai – nilai kesederhanaan, kejujuran dan kerja tetapi Jenderal Soedirman juga mempunyai nilai kepahlawanan, percaya diri, keberanian dan kemandirian serta selalu menjaga kesalehannya.