Kamis, 20 Agustus 2020

Proses Pembuatan Batik

Batik merupakan kesenian tradisional asli Indonesia, batik adalah seni menghias kain satu bahan lain dengan motif hiasan dan bahan pewarna khusus. Berdasarkan cara pembuatannya batik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu batik tulis, batik cetak, dan batik kobinasi dari keduanya. Batik tulis dikerjakan dengan menggambar motif terlebih dahulu pada kain putih (kain yang biasa digunakan adalah kain mori), lalu diberi lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting. Canting ini terbuat dari bahan kuningan. Batik cetakan cara pembuatanya adalah dengan cara membuat motif pada tembaga kemudian dicetakan pada kain putih. Sedangkan batik kombinasi adalah batik yang dihasilkan dengan cara perpaduan menggunakan alat canting dan alat cetakan.

Kualitas batik ditentukan oleh tingkat kesulitan, motof, teknik pembuatan. Batik dengan teknik tulis dengan canting merupakan batik yang paling mahal harganya. Kain batik tulis yang terbuat dari bahan bermutu dan dirawat dengan cara tradisional dapat bertahan lama.

Pada mulanya warna dan motif sangat berpengaruh pada alam dan tanaman terutama bunga melati, binatang seperti mitos burung garuda. Warna dominan yang digunakan adalah biru dan hitam, yang merupakan simbol air dan udara.Warna-warna tersebut kemudian menjadi dua elemen dasar. Secara simbolik, kedua warna tersebut menjadi warna latar belakang batik tradisional Yogyakarta dan Surakarta..
Batik merupakan kesenian tradisional asli Indonesia Proses Pembuatan Batik

Sebelum menjadi kain batik siap pakai, beberapa proses yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
  1. Menganji. Menganji adalah memberi kanji pada kain mori yang sudah bersih. Maksud dari menganji ini adalah untuk memudahkan menggambar motif batik dengan menggunakan lilin atau malam. Pemberian kanji harus diperhatikan kepekatannya. Kanji yang terlalu pekat, mengakibatkan malam yang digunakan untuk menggambar pada kain akan sulit menempel. Sedangkan kanji yang terlalu encer akan menyebabkan gambar mudah belobor. Selain itu kanji yang terlalu encer akan menyulitkan proses penghilangan malam batik pada tahap selanjutnya.
  2. Pengemplongan. Pengemplongan dilakukan dengan maksud agar kain tidak terlalu kaku atau lemas. Kain yang akan dikemplong, digulung dan dilipat, kemudian diratakan dengan cara dipukul-pukul dengan menggunakan martil.
  3. Ngelowong. Ngelowong adalah proses pembuatan motif dasar dari gambaran batik. Kain mori digambari dengan motif batik yang dikehendaki, menggunakan alat yang dinamakan canting. Pada proses ini menggunakan bahan malam atau lilin yang mudak dikerok.
  4. Nembok. Nembok adalah proses menutup bagian-bagian kain mori yang nantinya berwarna putih. Nembok dengan menggunakan jenis malam khusus, sehingga sewaktu dicelup pewarna tidak mengenai bagian tersebut.
  5. Medel. Medel adalah proses pewarnaan terhadap kain yang telah dibatik. Pewarnaan menggunakan zat pewarna yang disebut wedel. Proses pewarnaan ini cukup lama, karena zat pewarna wedel lama sekali meresap ke kain mori. Sehingga perlu dilakukan berulang-ulang sampai kebiruannya dianggap cukup. Zat pewarna wedel banyak digunakan karena lebih tahan lama.
  6. Ngerok, adalah membuang bagian-bagian malam batik yang menempel pada kain mori, setelah proses medel.
  7. Menyoga, adalah proses memberi warna cokelat. Warna cokelat ini diperoleh dari sejenis kulit pohon soga yang direbus bersama ramuan lainya. Peresapan zat warna ini lebih sulit daripada zat warna wedel, sehingga proses ini cukup banyak makan waktu.
  8. Ngelorod, adalah proses akhir pembuatan batik. Proses ngelorod adalah membuang seluruh malam yang menempel pada kain mori. Cara ngelorod dengan cara mencelupkan kain yang telah dibatik dengan air panas.

Malam batik atau lilin yang digunakan untuk membuat batik merupakan ramuan dari beberapa jenis bahan. Bahan-bahan tersebut yaitu gondorukem (berasal dari getah pinus), damar mata kucing, malam tawon atau kote, minyak kelapa, parafin, dan mikrowas. Komposisi ramuan ini disesuaikan dengan penggunaannya. Malam batik yang digunakan untuk ngelowong berbeda dengan malam batik yang digunakan untuk nembok.

Budaya batik sudah dikenal di seluruh Indonesia. Ragam hias batik banyak ragamnya. Ragam hias atau motif batik yang dibuat tidak hanya untuk memenuhi selera keindahan, tetapi ada tujuan lain yaitu dengan suatu harapan. Misalnya motif batik sidomukti mempunyai garis-garis corak yang merupakan pengungkapan harapan agar pemakainya dapat mengalami hidup mulia dan kecukupan.

Sedangkan pada motif batik Yogyakarta misalnya motif batik Kawung melambangkan keperkasaan dan keadilan, Motif Parang Kusumo, kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah, Motif Truntum, truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin, Motif Batik Tambal, ada semacam kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru, Motif Batik Pamiluto, pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepencut (tertarik), dan masih banyak motif yang lainnya.

Ragam hias batik Solo dan Yogyakarta bersifat simbolik, dengan latar belakang kebudayaan Hindu dan Kejawen. Motof-motif tersebut antara lain :
  1. Motif sawat atau liar melambangkan mahkota atau penguasa tinggi
  2. Motif meru atau pagoda yang melambangkan alam, bumi, dan gunung.
  3. Motif naga yang melambangkan air.
  4. Motif burung yang melambangkan dunia atas angin.
  5. Motif modang atau lidah api yang melambangkan panas atau nyala api.

Batik Solo dan Yogyakarta ditandai dengan warna-warna yang dominan yakni cokelat sogan, biru wedelan (indigo), hitam dan putih. Motif batik Cirebon banyak dipengaruhi oleh ragam hias yang berasal dari Cina dan Arab. Ragam hiasnya menggambarkan binatang khayal seperti peksi naga, liman dan singa barong. Motif batik Jambi memiliki ciri khas ayang unik dari segi pewarnaan yaitu dari getah kayu Lambado, daun pandan, kayu tinggi, dan kayu sepang.